Rabu, 11 Januari 2017

Antara Orang Tua, Guru dan Ustadz





Kemunculan dan laju Information and Technologhy (IT) mengubah 180 derajat tatanan sosial yang telah berlaku selama berabad-abad di muka bumi, menghilang dan lenyap begitu saja. Keteraturan sosial kebudayaan yang terjalin erat pada setiap masyarakat di berbagai pelosok dunia berubah dan bahkan menjadi runtuh. Keruntuhan dan perubahan yang mengharuskkan budaya lokal tergerus oleh jerujinya akhirnya justru menyeret arus gerak budaya lokal untuk mengikuti laju teknologi informasi tanpa ampun sejak awal kemunculannya di akhir abad ke 19 hingga sekarang.
Budaya yang ditampilkan oleh teknologi informasi memang tidak melulu negatif, namun juga ada yang positif. Akan tetapi permasalahan yang muncul sekarang adalah begitu signifikan-nya pengaruh negatif daripada pengaruh positif teknologi informasi bagi perubahan iklim budaya dunia saat ini.
Kilas balik dari berbagai macam budaya yang dahulu masih ramai dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia misalnya, adalah budaya “Gotong-royong”. Namun, setelah kemunculan teknologi informasi yang begitu kencang sekarang mulai terkikis habis hingga tergulung arus dan hilang. Sebagai akibatnya muncullah budaya “Egoisentris” atau rasa hidup sendiri-sendiri. Kemunculan budaya egoisentris tidak tanggung-tanggung menjadi virus yang menjangkiti setiap pikiran sehat seluruh pengikut arus teknologi dan informasi. Budaya negatif egoisentris muncul berhadapan dengan budaya gotong-royong dan hidup berdampingan yang positif.
Selanjutnya “Budaya Malu”, malu merupakan budaya yang positif bagi berbagai masyarakat di dunia, tak terkecuali diantaranya adalah Indonesia, namun yang terjadi sekarang, setelah begitu tingginya arus teknologi informasi, justru banyak orang yang tidak tahu malu, dan bahkan banyak yang salah menempatkan rasa malu. Implikasinya rasa sopan-santun, rasa hormat-menghormati, rasa saling menghargai yang dahulu membanjiri seluruh tingkah laku masyarakat dunia, kini hilang terbakar bara teknologi informasi yang acuh tak acuh.
                Atau seperti “Ketergantungan” setiap individu modern terhadap akses teknologi informasi yang berpengaruh besar pada semakin kurangnya minat belajar dan membaca masyarakat. Ketergantungan atau kecanduan terhadap akses informasi tidak saja menjadikan pecandu kehilangan waktu belajar dan membaca namun juga, telah menghilangkan seluruh tenaga dan materinya untuk hal yang sia-sia sama sekali. “Mengeneralisir” seluruh penikmat teknologi informasi sebagai pecandu yang ketergantungan memang bukanlah hal yang benar, akan tetapi karena begitu komperhensifnya pengaruh teknologi dan informasi bagi seluruh masyrakat dunia maka, bukanlah hal yang salah tanpa dasar untuk mengeneralisir setiap penikmat teknologi informasi sebagai orang yang ketergantungan ketimbang bahasa “dominan”.
                Barangkali “Hidup Instan” juga merupakan satu gaya hidup baru yang muncul oleh karena pengaruh teknologi informasi yang masif. Hidup instan, berarti hidup praktis tanpa rentetan proses yang berbelit-belit. Adalah gaya hidup yang negatif karena menjadikan setiap masyarakat untuk melakukan semua pekerjaan tanpa melihat dampak yang timbul akbat pekerjaannya.
Dan seluruh rentetan budaya positif yang hilang tertelan oleh budaya negatif baru yang disebarkan oleh teknologi dan informasi.
Mbuh bli jelas (belum selesay) hihi..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Know us

Our Team

Tags

Video of the Day

Contact us

Nama

Email *

Pesan *